SEJARAH
PENDIDIKAN ISLAM PRA - ISLAM dan MASA KERASULAN NABI MUHAMMAD SAW
A.
Pendidikan
Islam Masa Pra – Islam
Pada zaman sebelum datangnya islam,
di daerah Jazirah Arab dikenal dengan sebutan zaman jahilliyah, atau dapat
dikatakan juga zaman sebelum Nabi Muhammad SAW lahir. Istilah jahilliyah
diberikan kepada bangsa arab karena pola kehidupan mereka yang masih primitif.
Mereka hidup berkabilah-kabilah, hidup nomaden (berpindah-pindah), mereka belum mengenal baca tulis (ummi). Al Qur’an menunjukkan zaman itu
sebagai berikut : Zaman tidak mempunyai nabi dan kitab suci, tidak mempunyai
peradaban, masyarakatnya tidak berakhlak, tidak bisa baca tulis. Itu semua
mengakibatkan mereka hidup dalam kesesatan, tidak memiliki nilai-nilai
kemanusiaan, menyembah berhala, membunuh anak dengan dalih untuk kemuliaan dan
kesucian, membuang harta dengan berjudi, dan menciptakan peperangan diantara
mereka dengan alasan harga diri dan kepahlawanan.
Walaupun mereka disebut sebagai
masyarakat yang jahil, namun tidak berarti mereka tidak mempunyai peradaban.
Mereka sesungguhnya berada dalam kondisi yang fitrah, dalam arti mereka tidak
terkontaminasi oleh kebudayaan dan
peradaban yang memerosokkan manusia seperti yang terjadi di Persia dan
Romawi. Bangsa Arab juga memiliki tradisi yang sangat fenomenal yaitu tradisi
kesusastraan yang sangat tinggi. Sastra mereka berupa syair yang setiap tahun
diadakan pentas atau semacam pagelaran
syair-syair arab yang bertempat di Suq
al-Ukaz (Pasar Ukaz) dan juga ditempat-tempat dimana orang arab itu banyak
berkumpul. Dan syair-syair mereka yang terbaik akan diabadikan dengan tinta
emas yang digantung di dinding Ka’bah yang dinamakan Al-Mu’allqat. Bangsa Arab menciptakan sastra-sastra yang berbentuk
puisi dan prosa untuk mengungkapkan dan melukiskan ada istiadat, tata susila,
agama, kepercayaan, kepahlawanan, peperangan, pesona alam, dan lain-lain.
Selain itu, Bangsa Arab juga
mempunyai perkembangan ilmu pengetahuan yang tinggi pula, yaitu :
1.
Ilmu Bangunan : Mereka mampu membuat rumah dengan cara
memahat gunung-gunung batu dan juga membuat bangunan raksasa yang bernama Ma’rib yang mampu menampung air hujan
kemudian untuk dialirkan ke rumah-rumah penduduk untuk kebutuhan sehari-hari.
2.
Ilmu Sejarah : Pada zaman itu, ilmu sejarah hanya
terbatas pada silsilah keturunan saja. Mereka sangat pandai menghafal walupun
itu sangat panjang, mereka jaga baik silsilah itu, karena mereka memiliki
kebanggaan.
3.
Ilmu Iklim : Pengetahuan tentang iklim, mereka
sangat sederhana. Mereka hanya tau kapan waktu tanam kurma, dan kapan waktu
datangnya musim dingin untuk berdagang ke Yaman, dan musim panas untuk
berdagang ke Syam.
4.
Ilmu Astronomi : Menurut pengetahuan mereka, bintang itu
dibagi menjadi 12 kelompok, yaitu 6 bujur utara yang terdiri dari mizan, aqrab,
qus, juddi, dalwu, dan hut. 6 Bujur selatan terdiri dari hama, seer, sarthoon,
asal dan sumbullah.
Jadi,
sebutan masyarakat jahilliyah untuk
Bangsa Arab adalah bukan zaman kebodohan dan keunduran, tetapi masa yang tidak
mengenal agama tauhid yang menyebabkan minimnya moralitas dan peradaban yang
hanya berdasarkan pada nilai materialistik.
B.
Masa
Kerosulan Nabi Muhammad SAW
Masa kerosulan ini dimulai ketika nabi
menjelang usia yang ke 40, pada tanggal 17 Ramadhan
611 M, Malaikat Jibril muncul dihadapannya untuk menyampaikan wahyu Allah yang
pertama. Beliau menerima wahyu pertama di Gua Hira di Mekah,
yaitu yang artinya “Bacalah (ya Muhammad) dengan
nama Tuhanmu yang telah menjadikan (semesta alam). Dia menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmu maha pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada
manusia apa yang belum diketahuinya”. Setelah
wahyu pertama datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa waktu, sementara Nabi Muhammad menantinya dan
selalu datang ke gua hira. Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu yang
membawa perintah untuk berdakwah. Wahyu itu adalah Surah Al-Muddatsir : 1-7,
yang artinya “Hai orang yang berkemul
(berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan
pakaianmu bersihkanlah. dan perbuatan dosa tinggalkanlah. dan janganlah kamu
member (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan untuk
(memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah”.
Dalam wahyu tersebut dapat diambil kesimpulan dalam hal pembinaan
pendidikan bahwa pendidikan dalam islam terdiri dari empat macam :
a.
Pendidikan
Keagamaan, yaitu hendaklah menyembah semata-mata hanya kepada Allah dan jangan
mempersekutukan-Nya dengan berhala, karena Dia Tuhan yang maha besar dan maha
pemurah.
b.
Pendidikan
Aqliyah dan Ilmiah, yaitu mempelajari kejadian penciptaan manusia yang
diciptakan darah dan mempelajari penciptaan alam semesta. Alam sendiri yang
akan mengajarkan kepada orang-orang yang mau mempelajarinya.
c.
Pendidikan
Akhlak dan Budi Pekerti, yaitu pendidik mengajarkan tanpa mengharapkan imbalan
melainkan semata-mata karena Allah dan mengajarkan bagaimana berakhlak dan
berbudi pekerti yang baik.
d.
Pendidikan
Jasmani (kesehatan), yaitu mementingkan dan menjaga kesehatan jasmani, pakaian,
tempat dan melakukan hal-hal yang dapat menyebutkan jasmani.
Dengan turunnya perintah
itu, maka Rasulullah mulai berdakwah untuk memberi peringatan dan pengajaran
kepada seluruh umat manusia agar keluar dari sifat dan kehidupan jahilliyah
yang saat itu merusak akhlaq manusia. Oleh karena itu, pendidikan Nabi Muhammad
SAW sesuai dengan masa itu dibagi menjadi 2 periode, yaitu :
1.
Periode
Makkah
Pada periode makkah ini, pola
pendidikan yang dilakukan Rasulullah dalam 3 tahapan, yaitu :
a.
Tahapan Sembunyi
Pada awal turunnya wahyu pertama Al
Qur’an Surah Al-Alaq : 1-5, pola pendidikan yang dilakukan Rasulullah adalah
secara sembunyi-sembunyi, karena kondisi sosial-politik yang belum stabil,
dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah
mendidik istrinya yaitu Khadijah untuk beriman kepada Allah SWT da menerima
petunjuk dari-Nya. Kemudian diikuti oleh Ali Ibn Abi Thalib (anak pamannya) dan
Zaid Ibn Haritsah (pembantu rumah tangganya yang diangkat menjadi anak
angkatnya) kemudian sahabat karibnya Abu Bakar As-Siddiq. Rasulullah SAW mengajarkan
dasar-dasar atau pokok-pokok Agama Islam dan membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat)
Al Qur’an.
Selama berjalannya waktu, ajakan tersebut disampaikan
secara berangsur-angsur secara meluas, tetapi masih terbatas dikalangan
keluarga dekat dari suku Quraisy saja, seperti Usman Ibn Affan, Zubair Ibn
Awwam, Saad Ibn Zaid, dan beberapa orang lainnya. Mereka semua merupakan tahap
awal yang masuk islam sehingga disebut Assabiquna
al Awwlun, sebagai lembaga pendidikan dan pusat kegiatan pendidikan islam
pertama pada era awal ini adalah rumah Al Arqam Ibn Abi al Arqam.
b.
Tahapan Terang-terangan
Pendidikan secara sembunyi-sembunyi
berlangsung selama 3 tahun, sampai turunnya wahyu berikutnya yang memerintahkan
dakwah secara terbuka dan terang-terangan, yaitu Surah Al Hijr : 94 yang
artinya “Maka sampaikan olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan(kepadamu) dan berpalinglah dari orang musyrik”. Ketika wahyu tersebut turun, beliau mengundang keluarga dekatnya
untuk berkumpul dibukit Shafa. Beliau menyerukan agar berhati-hati terhadap
azab yang keras dikemudian (hari kiamat) bagi orang yang tidak mengakui Allah
sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan Muhammad sebagai utusan-Nya. Seruan tersebut
dijawab Abu Lahab “Celakalah kamu Muhammad! Untuk inikah kamu mengumpulkan
kami?”. Saat itu diturunkan wahyu yang menjelaskan perihal Abu Lahab dan
Istrinya.
Perintah dakwah
terang-terangan ini dilakukan seiring dengan
semakin bertambah banyaknya jumlah sabahat Nabi SAW yang
semakin banyak serta untuk meningkatkan
jangkauan seruan dakwah, karena diyakini dengan dakwah tersebut banyak kaum
Quraisy yang akan masuk islam. Namun banyak tantangan
dan penderitaan yang diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya dari kaum Quraisy. Hal itu tidak menggoyahkan semangat untuk mempelajari ajaran islam dan
terus berdakwah.
c.
Tahapan Seruan Umum
Hasil seruan dakwah secara terang-terangan yang
terfokus pada keluarga dekat, kelihatannya belum maksimal sesuai dengan apa
yang diharapkan. Kemudian
Rasulullah SAW merubah strategi dakwah dengan seruan umum, umat manusia secara
keseluruhan. Seruan secara umum tersebut didasarkan pada perintah Allah Surah
Al Hijr : 94-95. Sebagai tindak lanjut dari perintah tersebut, pada musim haji
Rasulullah mendatangi kemah-kemah jamaah haji. Pada awalnya tidak banyak yang
menerima, kecuali sekelompok jamaah haji dari Yatsrib, kabilah Khazraj yang
menerima dakwah secara antusias. Dari sinilah sinar islam memancar keluar
Makkah.
Penerimaan
masyarakat Yatsrib terhadap ajaran islam secara antusias tersebut, dikarenakan
beberapa faktor :
1. Adanya
kabar dari kaum Yahudi akan lahirnya seorang Rosul.
2. Suku
Aus dan Khazraj mendapat tekanan dan ancaman dari kelompok Yahudi.
3. Konflik
antara Khazraj dan Aus yang berkelanjutan dalam rentang waktu yang sudah lama.
Oleh karena itu mereka mengharap seorang pemimpin yang mampu melindungi dan
mendamaikan mereka.
Berkat
semangat tinggi yang dimiliki para sahabat dalam mendakwahkan islam, sehingga
seluruh penduduk Yatsrib masuk islam kecuali orang-orang Yahudi. Musim haji
berikutnya 73 orang jama’ah haji mendatangi Rasulullah, berikar akan selalu
setia dan melindungi Rasulullah SAW, dan menetapkan keimanan kepada Allah dan
Rasul-Nya ditempat yang sama dengan pelaksanaan Bai’ah al Aqabah I tahun lalu, yang dikenal dengan Bai’ah al Aqabah II. Dan mereka
bersepakat akan memboyong Rasulullah ke Yatsrib. Inilah bentuk dakwah
Rasulullah secara umum.
2.
Periode
Madinah
Setelah tiba dan
diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi resmi menjadi pemimpin penduduk kota
tersebut. Babak baru dalam islam pun dimulai. Berbeda dengan periode Makkah,
pada periode Madinah ini islam merupakan
kekuatan poitik. Ajaran islam yang berkenan dengan kehidupan masyarakat banyak
turun di Madinah. Nabi Muhammad mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala
agama, tetapi juga sebagai kepala negara.
Dalam rangka
memperkokoh masyarakat dan negara baru itu, Beliau segera meletakkan
dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama, pembangunan masjid, selain
untuk tempat sholat juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum
muslimin dan mempertalikan jiwa mereka. Disamping sebagai tempat bermusyawarah
merundingkan masalah-masalah yang dihadapi, masjid pada masa Nabi bahkan juga
berfungsi sebagai pusat pemerintahan.
Dasar kedua adalah Ukhuwah
Islamiyah, persaudaraan sesama muslim. Nabi mempersaudarakan antara
golongan Muhajirin dan Anshar. Dasar ketiga adalah hubungan persahabatan dengan
pihak-pihak lain selain yang beragama islam.
Cara
Rasulullah melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan Islam di Madinah
adalah dengan beberapa materi pendidikan yang berbeda dengan materi pendidikan
yang di Makkah, yaitu :
a.
Pembentukan
dan pembinaan masyarakat baru
§ Memperkokoh
persatuan kaum muslimin
§ Menciptakan
usaha mandiri untuk memenuhi kebutuhan sehari hari
§ Membentuk
tatanan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur
§ Mengembangkan
sarana komunikasi efektif melalui masjid sebagai pusatnya.
§ Perjanjian
persahabatan dengan kaum yahudi antara lain toleransi beragama.
b.
Pendidikan
sosial politik dan kewarganegaraan
Materi pendidikan sosial dan kewarganegaraan Islam pada periode
Madinah itu adalah pokok-pokok pikiran
yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya
diperinci lebih lanjut dan disempurnakan dengan ayat- ayat yang
turun selama periode Madinah. Tujuan pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur,
pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di
Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab maupun dalam
kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia.
c.
Pendidikan
anak pada masa Rasulullah
Anak merupakan pewaris ajaran Islam dan sebagai generasi penerus
melanjutkan misi menyampaikan Islam ke seluruh penjuru alam. Peringatan-peringatan dalam Al Qur’an berkaitan dengan itu:
§ Pada Surat At-Tahrim ayat
6 : Peringatan agar kita menjaga diri dan anggota keluarga (termasuk anak-anak) dari kehancuran (api neraka).
§ Pada Surat An-Nisa ayat
9 :
Anjuran tidak meninggalkan
anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya menghadapi tantangan
hidup.
§ Pada Surat Al-Furqan ayat
74 : Allah SWT memperingatkan bahwa orang yang mendapatkan kemuliaan
antara lain adalah orang-orang yang berdo’a dan memohon kepada Allah SWT, agar
dikaruniai keluarga dan anak keturunan yang menyenangkan hati.
§ Garis-garis
besar materi pendidikan anak dalam Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad
SAW sebagaimana dalam Surat Luqman ayat 13-19 adalah : Pendidikan
Tauhid, Pendidikan Shalat, Pendidikan adab sopan dan santun dalam bermasyarakat, Pendidikan
adab dan sopan santun dalam keluarga, Pendidikan kepribadian, Pendidikan
kesehatan, Pendidikan akhlak.
d.
Pendidikan
Ukhuwah (persaudaraan) antar kaum muslimin.
Dalam melaksanakan pendidikan
ukhuwah ini, Nabi Muhammad SAW bertitik tolak dari struktur kekeluargaan yang
ada pada masa itu. Untuk mempersatukan keluarga itu, Nabi Muhammad berusaha
untuk mengikatnya menjadi satu kesatuan yang terpadu. Mereka dipersaudarakan
karena Allah bukan karena yang lain. Sesuai dengan isi konstitusi Madinah pula,
bahwa antara orang yang beriman, tidak boleh membiarkan saudaranya menanggung
beban hidup dan hutang yang berat diantara mereka. Antara orang beriman satu
sama lainnya harus saling membantu dalam menghadapi segala persoalan hidup.
Mereka harus bekerja sama mendatangkan kebaikan, mengurus kepentingan bersama,
dan menolak kemudlaratan dan kejahatan yang akan menimpa
e.
Pendidikan
Hankam (Pertahanan dan keamanan)
Masyarakat kaum muslimin merupakan
satu negara dibawah bimbingan Nabi Muhammad SAW yang mempunyai kedaulatan. Ini
merupakan dasar bagi usaha dakwahnya untuk mengajarkan ajaran islam kepada
seluruh umat manusia secara bertahap. Oleh karena itu, setelah masyarakat
muslimin di Madinah berdiri dan berdaulat, usaha Nabi Muhammad memperluas
pengakuan kedaulatan tersebut dengan jalan mengajak kabilah-kabilah sekitar
Madinah untuk mengakui konstitusi Madinah. Ajakan tersebut disampaikan dengan
baik-baik dan bijaksana.
C.
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah di uraikan dalam
makalah ini, dapat kita simpulkan bahwa pendidikan pra-islam dibangsa Arab
dilakukan hanya sebatas pada keluarga dan suku-suku mereka. Bangsa Arab
meskipun dalam masa jahilliyah, mereka mempunyai ilmu
pengetahuan yang tinggi pula, yaitu ilmu bangunan, ilmu sejarah, ilmu
astronomi, dan ilmu iklim. Mereka disebut dengan masyarakat
jahilliyah kerena mereka belum mengenal agama tauhid yang
menyebabkan minimnya moralitas dan peradaban yang hanya berdasarkan pada nilai
materialistik. Kemudian setelah diutusnya Rasulullah SAW untuk menjadi pembawa
ajaran islam yang akan merubah kebiasaan masyarakat jahilliyah yang tidak
sesuai dengan agama islam. Rasulullah menyebarkan islam dengan dua periode, yaitu
periode Makkah dan periode Madinah.
Pada periode Makkah, Rasulullah
melakukan dengan tiga tahapan, yaitu tahan sembunyi (dakwah pada keluarga dan
orang yang terdekat dengan Rasulullah), tahap terang-terangan (mengumpulkan
keluarga besarnya dan mengajak masuk islam), tahap secara umum (Rasulullah
sudah mendapat kepercayaan yang besar di masyarakat Makkah). Sedangkan pada
periode Madinah, Rasulullah tiba dan diterima oleh masyarakat Yatsrib. Dan hal
yang dilakukan pertama adalah membangun masjid untuk tempat menyampaikan ajaran
islam.
Sedangkan pokok pembinaan pendidikan
islam di Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan
nilai ketauhidan kedalam jiwa setiap individu muslim. Agar jiwa mereka
terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan kehidua sehari-hari.
Dan dalam periode Madinah, pokok pembinaan pendidikan islam dapat dikatakan
sebagai pendidikan sosial politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan di
Makkah, yaitu pembinaan dibidang sosial politik agar dijiwai oleh ajaran dan
merupakan cermin dan pantulan dari sinar tauhid tersebut.
Demikian pembahasan tentang sejarah
pendidikan islam pada masa pra-islam dan kerasulan Nabi Muhammad. Semoga dengan
adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Selaku penulis, kami meminta
maaf jika teradapat kesalahan dalam penulisan makalah, kami minta maaf
sebesar-besarnya.
D.
Daftar
Pustaka
Boy,
matetatika. 2011. Sejarah Islam pada Masa
Pra-Islam dan Masa Klasik https://matematikaboy.wordpress.com/2011/01/21/sejarah-islam-pada-masa-pra-islam-dan-masa-klasik/. Diakses pada tanggal 18 Februari 2017.
Al-Ghazali,
Abdul Katar. 2015. Sejarah Pendidikan
Islam pada Masa Nabi Muhammad SAW.
http://sosioakademika.blogspot.co.id/2015/10/sejarah-pendidikan-islam-pada-masa-nabi.html.
Diakses pada tanggal 20 Februari 2017.
Risalo,
Ilham. 2015. Sejarah Pendidikan Islam
Periode Rasulullah SAW Mekkah & Madinah
http://ilmupendidikan11.blogspot.co.id/2015/04/makalah-sejarah-kebudayaan-islam-terbaik.html.
Diakses pada tanggal 25 Februari 2017.
Zarkasyi,
Muhammad. 2014. Peradaban Arab dan Dunia
Pra Islam dan Masa Nabi Muhammad
SAW.
http://ahmadzarkasyi-blog.blogspot.co.id/2014/07/peradaban-arab-dan-dunia-pra-islam-dan.html. Diakses pada tanggal 26 Februari 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar