sholawat

sholawat

Minggu, 05 Maret 2017


SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM PRA - ISLAM dan MASA KERASULAN NABI MUHAMMAD SAW

A.      Pendidikan Islam Masa Pra – Islam
Pada zaman sebelum datangnya islam, di daerah Jazirah Arab dikenal dengan sebutan zaman jahilliyah, atau dapat dikatakan juga zaman sebelum Nabi Muhammad SAW lahir. Istilah jahilliyah diberikan kepada bangsa arab karena pola kehidupan mereka yang masih primitif. Mereka hidup berkabilah-kabilah, hidup nomaden (berpindah-pindah), mereka belum mengenal baca tulis (ummi). Al Qur’an menunjukkan zaman itu sebagai berikut : Zaman tidak mempunyai nabi dan kitab suci, tidak mempunyai peradaban, masyarakatnya tidak berakhlak, tidak bisa baca tulis. Itu semua mengakibatkan mereka hidup dalam kesesatan, tidak memiliki nilai-nilai kemanusiaan, menyembah berhala, membunuh anak dengan dalih untuk kemuliaan dan kesucian, membuang harta dengan berjudi, dan menciptakan peperangan diantara mereka dengan alasan harga diri dan kepahlawanan.
Walaupun mereka disebut sebagai masyarakat yang jahil, namun tidak berarti mereka tidak mempunyai peradaban. Mereka sesungguhnya berada dalam kondisi yang fitrah, dalam arti mereka tidak terkontaminasi oleh kebudayaan dan  peradaban yang memerosokkan manusia seperti yang terjadi di Persia dan Romawi. Bangsa Arab juga memiliki tradisi yang sangat fenomenal yaitu tradisi kesusastraan yang sangat tinggi. Sastra mereka berupa syair yang setiap tahun diadakan pentas  atau semacam pagelaran syair-syair arab yang bertempat di Suq al-Ukaz (Pasar Ukaz) dan juga ditempat-tempat dimana orang arab itu banyak berkumpul. Dan syair-syair mereka yang terbaik akan diabadikan dengan tinta emas yang digantung di dinding Ka’bah yang dinamakan Al-Mu’allqat. Bangsa Arab menciptakan sastra-sastra yang berbentuk puisi dan prosa untuk mengungkapkan dan melukiskan ada istiadat, tata susila, agama, kepercayaan, kepahlawanan, peperangan, pesona alam, dan lain-lain.
Selain itu, Bangsa Arab juga mempunyai perkembangan ilmu pengetahuan yang tinggi pula, yaitu :
1.        Ilmu Bangunan    : Mereka mampu membuat rumah dengan cara memahat gunung-gunung batu dan juga membuat bangunan raksasa yang bernama Ma’rib yang mampu menampung air hujan kemudian untuk dialirkan ke rumah-rumah penduduk untuk kebutuhan sehari-hari.
2.        Ilmu Sejarah         : Pada zaman itu, ilmu sejarah hanya terbatas pada silsilah keturunan saja. Mereka sangat pandai menghafal walupun itu sangat panjang, mereka jaga baik silsilah itu, karena mereka memiliki kebanggaan.
3.        Ilmu Iklim            : Pengetahuan tentang iklim, mereka sangat sederhana. Mereka hanya tau kapan waktu tanam kurma, dan kapan waktu datangnya musim dingin untuk berdagang ke Yaman, dan musim panas untuk berdagang ke Syam.
4.        Ilmu Astronomi    : Menurut pengetahuan mereka, bintang itu dibagi menjadi 12 kelompok, yaitu 6 bujur utara yang terdiri dari mizan, aqrab, qus, juddi, dalwu, dan hut. 6 Bujur selatan terdiri dari hama, seer, sarthoon, asal dan sumbullah.
Jadi, sebutan masyarakat jahilliyah  untuk Bangsa Arab adalah bukan zaman kebodohan dan keunduran, tetapi masa yang tidak mengenal agama tauhid yang menyebabkan minimnya moralitas dan peradaban yang hanya berdasarkan pada nilai materialistik.
B.       Masa Kerosulan Nabi Muhammad SAW
Masa kerosulan ini dimulai ketika nabi menjelang usia yang ke 40, pada tanggal 17 Ramadhan 611 M, Malaikat Jibril muncul dihadapannya untuk menyampaikan wahyu Allah yang pertama. Beliau menerima wahyu pertama di Gua Hira di Mekah, yaitu yang artinya “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang telah menjadikan (semesta alam)Dia menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu maha pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya”. Setelah wahyu pertama datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa  waktu, sementara Nabi Muhammad menantinya dan selalu datang ke gua hira. Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah untuk berdakwah. Wahyu itu adalah Surah Al-Muddatsir : 1-7, yang artinya “Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah. dan perbuatan dosa tinggalkanlah. dan janganlah kamu member (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah”.
Dalam wahyu tersebut  dapat diambil kesimpulan dalam hal pembinaan pendidikan bahwa pendidikan dalam islam terdiri dari empat macam :
a.         Pendidikan Keagamaan, yaitu hendaklah menyembah semata-mata hanya kepada Allah dan jangan mempersekutukan-Nya dengan berhala, karena Dia Tuhan yang maha besar dan maha pemurah.
b.        Pendidikan Aqliyah dan Ilmiah, yaitu mempelajari kejadian penciptaan manusia yang diciptakan darah dan mempelajari penciptaan alam semesta. Alam sendiri yang akan mengajarkan kepada orang-orang yang mau mempelajarinya.
c.         Pendidikan Akhlak dan Budi Pekerti, yaitu pendidik mengajarkan tanpa mengharapkan imbalan melainkan semata-mata karena Allah dan mengajarkan bagaimana berakhlak dan berbudi pekerti yang baik.
d.        Pendidikan Jasmani (kesehatan), yaitu mementingkan dan menjaga kesehatan jasmani, pakaian, tempat dan melakukan hal-hal yang dapat menyebutkan jasmani.
Dengan turunnya perintah itu, maka Rasulullah mulai berdakwah untuk memberi peringatan dan pengajaran kepada seluruh umat manusia agar keluar dari sifat dan kehidupan jahilliyah yang saat itu merusak akhlaq manusia. Oleh karena itu, pendidikan Nabi Muhammad SAW sesuai dengan masa itu dibagi menjadi 2 periode, yaitu :



1.        Periode Makkah
Pada periode makkah ini, pola pendidikan yang dilakukan Rasulullah dalam 3 tahapan, yaitu :
a.         Tahapan Sembunyi
Pada awal turunnya wahyu pertama Al Qur’an Surah Al-Alaq : 1-5, pola pendidikan yang dilakukan Rasulullah adalah secara sembunyi-sembunyi, karena kondisi sosial-politik yang belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik istrinya yaitu Khadijah untuk beriman kepada Allah SWT da menerima petunjuk dari-Nya. Kemudian diikuti oleh Ali Ibn Abi Thalib (anak pamannya) dan Zaid Ibn Haritsah (pembantu rumah tangganya yang diangkat menjadi anak angkatnya) kemudian sahabat karibnya Abu Bakar As-Siddiq. Rasulullah SAW  mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok Agama Islam dan membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) Al Qur’an.
Selama berjalannya waktu, ajakan tersebut disampaikan secara berangsur-angsur secara meluas, tetapi masih terbatas dikalangan keluarga dekat dari suku Quraisy saja, seperti Usman Ibn Affan, Zubair Ibn Awwam, Saad Ibn Zaid, dan beberapa orang lainnya. Mereka semua merupakan tahap awal yang masuk islam sehingga disebut Assabiquna al Awwlun, sebagai lembaga pendidikan dan pusat kegiatan pendidikan islam pertama pada era awal ini adalah rumah Al Arqam Ibn Abi al Arqam.
b.        Tahapan Terang-terangan
Pendidikan secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama 3 tahun, sampai turunnya wahyu berikutnya yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan terang-terangan, yaitu Surah Al Hijr : 94 yang artinya “Maka sampaikan olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan(kepadamu) dan berpalinglah dari orang musyrik”. Ketika wahyu tersebut turun, beliau mengundang keluarga dekatnya untuk berkumpul dibukit Shafa. Beliau menyerukan agar berhati-hati terhadap azab yang keras dikemudian (hari kiamat) bagi orang yang tidak mengakui Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan Muhammad sebagai utusan-Nya. Seruan tersebut dijawab Abu Lahab “Celakalah kamu Muhammad! Untuk inikah kamu mengumpulkan kami?”. Saat itu diturunkan wahyu yang menjelaskan perihal Abu Lahab dan Istrinya.
Perintah dakwah terang-terangan ini dilakukan seiring dengan semakin bertambah banyaknya jumlah sabahat Nabi SAW yang semakin banyak serta untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah, karena diyakini dengan dakwah tersebut banyak kaum Quraisy yang akan masuk islam. Namun banyak tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya dari kaum Quraisy. Hal itu tidak menggoyahkan semangat untuk mempelajari ajaran islam dan terus berdakwah.
c.         Tahapan Seruan Umum
Hasil seruan dakwah secara terang-terangan yang terfokus pada keluarga dekat, kelihatannya belum maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan.  Kemudian Rasulullah SAW merubah strategi dakwah dengan seruan umum, umat manusia secara keseluruhan. Seruan secara umum tersebut didasarkan pada perintah Allah Surah Al Hijr : 94-95. Sebagai tindak lanjut dari perintah tersebut, pada musim haji Rasulullah mendatangi kemah-kemah jamaah haji. Pada awalnya tidak banyak yang menerima, kecuali sekelompok jamaah haji dari Yatsrib, kabilah Khazraj yang menerima dakwah secara antusias. Dari sinilah sinar islam memancar keluar Makkah.
Penerimaan masyarakat Yatsrib terhadap ajaran islam secara antusias tersebut, dikarenakan beberapa faktor :
1.      Adanya kabar dari kaum Yahudi akan lahirnya seorang Rosul.
2.      Suku Aus dan Khazraj mendapat tekanan dan ancaman dari kelompok Yahudi.
3.      Konflik antara Khazraj dan Aus yang berkelanjutan dalam rentang waktu yang sudah lama. Oleh karena itu mereka mengharap seorang pemimpin yang mampu melindungi dan mendamaikan mereka.
       Berkat semangat tinggi yang dimiliki para sahabat dalam mendakwahkan islam, sehingga seluruh penduduk Yatsrib masuk islam kecuali orang-orang Yahudi. Musim haji berikutnya 73 orang jama’ah haji mendatangi Rasulullah, berikar akan selalu setia dan melindungi Rasulullah SAW, dan menetapkan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya ditempat yang sama dengan pelaksanaan Bai’ah al Aqabah I tahun lalu, yang dikenal dengan Bai’ah al Aqabah II. Dan mereka bersepakat akan memboyong Rasulullah ke Yatsrib. Inilah bentuk dakwah Rasulullah secara umum.
2.        Periode Madinah
Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi resmi menjadi pemimpin penduduk kota tersebut. Babak baru dalam islam pun dimulai. Berbeda dengan periode Makkah, pada periode Madinah ini islam  merupakan kekuatan poitik. Ajaran islam yang berkenan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara.
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru itu, Beliau segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama, pembangunan masjid, selain untuk tempat sholat juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempertalikan jiwa mereka. Disamping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi, masjid pada masa Nabi bahkan juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan.    Dasar kedua adalah Ukhuwah Islamiyah, persaudaraan sesama muslim. Nabi mempersaudarakan antara golongan Muhajirin dan Anshar. Dasar ketiga adalah hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain selain yang beragama islam.
Cara Rasulullah melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan Islam di Madinah adalah dengan beberapa materi pendidikan yang berbeda dengan materi pendidikan yang di Makkah, yaitu :
a.         Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru
§  Memperkokoh persatuan kaum muslimin
§  Menciptakan usaha mandiri untuk memenuhi kebutuhan sehari hari
§  Membentuk tatanan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur
§  Mengembangkan sarana komunikasi efektif melalui masjid sebagai  pusatnya.
§  Perjanjian persahabatan dengan kaum yahudi antara lain toleransi beragama.


b.        Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan
Materi pendidikan sosial dan kewarganegaraan Islam pada periode Madinah    itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah,                     yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan disempurnakan dengan ayat- ayat yang turun selama periode Madinah. Tujuan pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab maupun dalam kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia.
c.         Pendidikan anak pada masa Rasulullah
Anak merupakan pewaris ajaran Islam dan sebagai generasi penerus  melanjutkan misi menyampaikan Islam ke seluruh penjuru alam. Peringatan-peringatan dalam Al Qur’an berkaitan dengan itu:
§  Pada Surat At-Tahrim ayat 6 : Peringatan agar kita menjaga diri dan anggota keluarga (termasuk anak-anak) dari kehancuran (api neraka).
§  Pada Surat An-Nisa ayat 9 :
Anjuran tidak meninggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya menghadapi tantangan hidup.
§  Pada Surat Al-Furqan ayat 74 : Allah SWT memperingatkan bahwa orang yang mendapatkan kemuliaan antara lain adalah orang-orang yang berdo’a dan memohon kepada Allah SWT, agar dikaruniai keluarga dan anak keturunan yang menyenangkan hati.
§  Garis-garis besar materi pendidikan anak dalam Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana dalam Surat Luqman ayat 13-19 adalah : Pendidikan Tauhid, Pendidikan Shalat, Pendidikan adab sopan dan santun dalam bermasyarakat, Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga, Pendidikan kepribadian, Pendidikan kesehatan, Pendidikan akhlak.
d.        Pendidikan Ukhuwah (persaudaraan) antar kaum muslimin.
Dalam melaksanakan pendidikan ukhuwah ini, Nabi Muhammad SAW bertitik tolak dari struktur kekeluargaan yang ada pada masa itu. Untuk mempersatukan keluarga itu, Nabi Muhammad berusaha untuk mengikatnya menjadi satu kesatuan yang terpadu. Mereka dipersaudarakan karena Allah bukan karena yang lain. Sesuai dengan isi konstitusi Madinah pula, bahwa antara orang yang beriman, tidak boleh membiarkan saudaranya menanggung beban hidup dan hutang yang berat diantara mereka. Antara orang beriman satu sama lainnya harus saling membantu dalam menghadapi segala persoalan hidup. Mereka harus bekerja sama mendatangkan kebaikan, mengurus kepentingan bersama, dan menolak kemudlaratan dan kejahatan yang akan menimpa
e.         Pendidikan Hankam (Pertahanan dan keamanan)
Masyarakat kaum muslimin merupakan satu negara dibawah bimbingan Nabi Muhammad SAW yang mempunyai kedaulatan. Ini merupakan dasar bagi usaha dakwahnya untuk mengajarkan ajaran islam kepada seluruh umat manusia secara bertahap. Oleh karena itu, setelah masyarakat muslimin di Madinah berdiri dan berdaulat, usaha Nabi Muhammad memperluas pengakuan kedaulatan tersebut dengan jalan mengajak kabilah-kabilah sekitar Madinah untuk mengakui konstitusi Madinah. Ajakan tersebut disampaikan dengan baik-baik dan bijaksana.
C.      Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah di uraikan dalam makalah ini, dapat kita simpulkan bahwa pendidikan pra-islam dibangsa Arab dilakukan hanya sebatas pada keluarga dan suku-suku mereka. Bangsa Arab meskipun dalam masa jahilliyah, mereka mempunyai ilmu pengetahuan yang tinggi pula, yaitu ilmu bangunan, ilmu sejarah, ilmu astronomi, dan ilmu iklim. Mereka disebut dengan masyarakat jahilliyah kerena mereka belum mengenal agama tauhid yang menyebabkan minimnya moralitas dan peradaban yang hanya berdasarkan pada nilai materialistik. Kemudian setelah diutusnya Rasulullah SAW untuk menjadi pembawa ajaran islam yang akan merubah kebiasaan masyarakat jahilliyah yang tidak sesuai dengan agama islam. Rasulullah menyebarkan islam dengan dua periode, yaitu periode Makkah dan periode Madinah.
Pada periode Makkah, Rasulullah melakukan dengan tiga tahapan, yaitu tahan sembunyi (dakwah pada keluarga dan orang yang terdekat dengan Rasulullah), tahap terang-terangan (mengumpulkan keluarga besarnya dan mengajak masuk islam), tahap secara umum (Rasulullah sudah mendapat kepercayaan yang besar di masyarakat Makkah). Sedangkan pada periode Madinah, Rasulullah tiba dan diterima oleh masyarakat Yatsrib. Dan hal yang dilakukan pertama adalah membangun masjid untuk tempat menyampaikan ajaran islam.
Sedangkan pokok pembinaan pendidikan islam di Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai ketauhidan kedalam jiwa setiap individu muslim. Agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan kehidua sehari-hari. Dan dalam periode Madinah, pokok pembinaan pendidikan islam dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan di Makkah, yaitu pembinaan dibidang sosial politik agar dijiwai oleh ajaran dan merupakan cermin dan pantulan dari sinar tauhid tersebut.
Demikian pembahasan tentang sejarah pendidikan islam pada masa pra-islam dan kerasulan Nabi Muhammad. Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Selaku penulis, kami meminta maaf jika teradapat kesalahan dalam penulisan makalah, kami minta maaf sebesar-besarnya.

D.      Daftar Pustaka

Boy, matetatika. 2011. Sejarah Islam pada Masa Pra-Islam dan Masa Klasik https://matematikaboy.wordpress.com/2011/01/21/sejarah-islam-pada-masa-pra-islam-dan-masa-klasik/. Diakses pada tanggal 18 Februari 2017.
Al-Ghazali, Abdul Katar. 2015. Sejarah Pendidikan Islam pada Masa Nabi Muhammad SAW.
Risalo, Ilham. 2015. Sejarah Pendidikan Islam Periode Rasulullah SAW Mekkah & Madinah
Zarkasyi, Muhammad. 2014. Peradaban Arab dan Dunia Pra Islam dan Masa Nabi Muhammad SAW.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar